Lari setengah maraton pertama
Lari sejauh 21,1 kilometer bukan pekerjaan mudah. Setelah bertahun-tahun lari, dan mulai serius setelah pandemi, saya mulai punya mimpi untuk lari setengah maraton. Mimpi dulu. Kenyataan berkata lain.
Jadi sejak pandemi merebak, apalagi di bulan Juni, Juli dan Agustus 2020, saya berhenti bersepeda untuk beberapa bulan. Dan olahraga yang cukup aman adalah lari keliling komplek Sawojajar dengan masker. Dan sejak itulah saya tau, jenis-jenis lari, bagaimana mengatur badan ketika berlari, dan sepatu lari untuk tiap jenis lari.
Dari sinilah mimpi itu dimulai. Dan target lari setengah maraton pertama harus dari Sawojajar ke Batu. Yang jaraknya sekitar 21-22 kilometer, dengan elevasi sekitar 400m-500m. Dan harus sudah dilakukan di awal tahun 2022.
Target sudah ditentukan, waktu juga sudah ditentukan. Sekarang bagaimana menjalani latihannya.
Sebelum tahun 2021, lari terjauh saya adalah 12 kilometer saja. Dan di tahun 2021 meningkat sampai dengan 18 kilometer. Itupun elevasi kurang dari 100m. Tapi itu saja sudah jadi pencapaian terbaik saya selama hidup.
Sampai dengan semua catatan manis tersebut dihalang-halangi oleh cedera. Nama cederanya adalah ITBS, Illiotibial Band Syndrom. Yaitu ada otot yang terasa sakit di bagian luar lutut. Yang pada intinya, cedera yang saya alami ini disebabkan karena otot paha bagian luar dan bagian dalam kurang seimbang. Otot paha luar saya sudah cukup kuat, tapi tidak dengan otot bagian dalam.
Maka dari itu, saya melatih otot bagian dalam setiap hari di pagi hari kira-kira 20 menit. Dan cederapun sembuh. Saya bisa berani lari dan bermimpi lagi.
Pelajaran yang didapat setelah lari dari Sawojajar ke Batu
Saat jalanan menanjak
Saya baru tahu ternyata lari di jalan menanjak itu bisa menyebabkan detak jantuk berdetak lebih cepat. Maka itu, harap perhatikan angka detak jantung supaya tidak melebihi batas. Berjalan saat tanjakan dianjurkan demi menurunkan detak jantung.
Daya tahan vs kecepatan
Karena saya orang biasa dan bukan atlet, masa bodoh dengan catatan waktu. Yang penting kuat dan sampai tujuan aja sudah Alhamdulillah. Jadi, ego jangan terlalu tinggi. Perlambat lari sedikit saja demi bisa lebih tahan berlari jauh.
Saya yang biasa dapat catatan rata-rata 6 menit 30 detik ketika berlari 12 kilometer, akhirnya menurunkan kecepatan sampai ke 7 menit 40 detik. Yang akhirnya 22 kilometer ditempuh dengan waktu 2 jam 50 menit. Kalau ditotal dengan waktu beli minum dan isi daya di Indomaret adalah 3 jam 32 menit.
Bukan catatan waktu yang bagus, tapi juga gak jelek-jelek amat 😁.
Pisang
Dari rumah sebelum lari atau bersepeda saya memang jarang sarapan. Kalau lari, sarapan biasanya setelah kilometer 8 di Indomaret. Nah, saat lari setengah maraton, saya beruntung di Indomaret tersedia pisang. Dengan jarak 22 kilometer, saya total berhenti di Indomaret 2 kali. Kilometer 12 dan selanjutnya di kilometer 18. Dua-duanya dapat pisang 🤭. Mungkin faktor inilah yang bisa membuat saya lebih kuat dari biasanya.
Sepatu
Dan yang paling penting, adalah tipe sepatu yang Anda gunakan. Saya menggunakan New Balance Beacon V3 yang menjadi sepatu yang sangat saya suka. Enteng, nyaman, dan gak bikin panas di kaki. Luar biasa sekali.
Itu dulu. Berikut ini adalah catatan lari saya ketika menaklukkan Batu.